Entah bagaimana ceritanya, ketika SMP saya jadi keranjingan dengan aktivitas mendongeng. Saya membeli recorder dan kaset-kaset kosong hanya untuk merekam suara saya sendiri ketika sedang mendongeng. Adakah yang mendengarkan? tentu tidak 😀 Lalu, saat saya mengelola kelas membaca di rumah, anak-anak tetangga pun menjadi korban yang harus memberikan telinga mereka pada saat saya mendongeng. Sejak itulah, saya bermimpi untuk menulis dongeng untuk anak-anak sekaligus membacakannya.
Sekarang, hampir setiap malam saya mendongeng. Maklum, saya punya pendengar setia bernama Fatih Dipanagara. Anak itu paling waswas jika saya flu atau tenggorokan saya sakit, sebab itu berarti malam-malamnya akan berlalu tanpa dongeng. Jika saya mendongeng, Fatih akan terus meminta saya mengulang dongeng yang sama sampai dia hafal urutan ceritanya. Satu dongeng bisa bertengger di papan hits teratas selama lebih dari sepekan.
Sayangnya, dongeng-dongeng yang saya ceritakan seringkali saya lupakan begitu saja tanpa saya tulis ceritanya terlebih dahulu. Padahal kan kalau diarsip, dongengnya bisa diulang kembali buat adik-adiknya Fatih. Nah, kebetulan, ketika saya tengah mengobrak-abrik tulisan zaman dahulu kala, sungguh saya tak menyangka bahwa saya pernah mengonsep untuk menulis sebuah buku dongeng untuk anak-anak.
Kalau dipikir-pikir, sudah saatnya saya kembali menulis. Nggak usah yang macem-macem, dah. Setidaknya, cerita-cerita bergizi yang bisa menemani Fatih untuk tumbuh dan berkembang. Semoga sampai akhir bulan ini ada satu judul cerita yang benar-benar tergarap. Kalau nggak, ya sudahlah. Mungkin saya memang sudah melupakan mimpi saya untuk membuat kumpulan dongeng anak-anak.
request satu tokoh antagonis ya Bu, namanya Kubus.
kura-kura busuk? 😀
-_-” bukan, kura kura gabus.
Goooo Goooooooooo writing project!!!!